Sabtu, 16 Oktober 2010

Ketahuilah Allah SWT itu ada


Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ketanah air.
Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru Agama, Ust. atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang yang dimaksud tersebut.
Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanya an saya?
Ust. : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda
Pemuda: Anda yakin? Sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidakmampu menjawab pertanyaan saya.
Ust. : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan:
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya!
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur yang sama.
Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba Ust. tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras. Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya?
Ust. : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.
Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Ust. : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit
Ust. : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda: Ya
Ust. : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda: Saya tidak bisa
Ust. : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Ust. : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda: Tidak
Ust. : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
Pemuda: Tidak.
Ust. : Itulah yang dinamakan Takdir.
Ust. : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda: kulit.
Ust. : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda: kulit.
Ust. : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: sakit.
Ust. : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syeitan

Sabtu, 04 September 2010

Dikesempatan ini, saya ingin mengucapkan selamat hari raya 'idulfitri, maaf zahir dan baatin kepada semua umat islam umumnya dan khusus kepada keluarga tercinta, Istri ku ( Iffah destilawani dan Kedua buah hati kami QAIS Dan Neng Keysha ) sanak saudara dekat maupun jauh, sahabat-sahabat.
Terselip khilaf dalam candaku. Tergores luka dalam tawaku, terselip pilu dalam
tingkahku, tersinggung rasa dalam bicaraku. Hari kemenangan telah tiba, semoga segala
dosa & kesalahan kita di ampuni. Mari bersama kita bersihkan di hari yang yang fitri.
SELAMAT IDUL FITRI, mohon maaf lahir & batin.

Selamat Iedul Fithri 1431 H

Taqobalallahu minna wa minkum
Shiyamana Wa Shiyamakum
Taqoballahu Yaa Kariim



Sabtu, 26 Juni 2010

Hidup sebagai jembatan menuju nikmat

       Dibelakang saya adalah sebuah jembatan yang dalam bayangan saya adalah sebuah benda / materi yang harus kita lawati dalam kehidupan di dunia ini, kita harus mempersiapan diri kita untuk menyebrang dengan selamat menuju tempat yang akan kita tuju
       Rasulullah SAW menyampaikan bahwa hidup kita di dunia ini diibaratkan sebagai sebuah jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal.
Ibnu Umar ra. Berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Memegang pundakku dan bersabda, "Didunia ini, jadilah kamu seperti orang asing atau penyebrang jalan." Ibnu Umar ra berkata, 'Jika kamu di sore hari, jangan menunggu pagi hari; dan jika kamu di pagi hari, jangan menunggu sore hari. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum kamu sakit, dan waktu hidupmu sebelum kamu mati." (H.R. Bukhari).
 Dunia hanyalah jembatan yang menghubungkan ke akhirat

Seorang mukmin menjalani hidup di dunia ini, hanyalah bagaikan orang asing atau seseorang yang menyebrang jalan. Ia tidak menetap di dunia, terlebih disibukkan atau tertipu dengan gemerlap kemewahannya. Baginya, dunia hanyalah tempat untuk sekadar lewat dan bukan tempat tinggal yang abadi

Jumat, 25 Juni 2010

       Persis Di belakang saya adalah sebuah jembatan yang dapat kita ibaratkan sebuah penghubung dari tempat yang satu ke tempat yang lain, sebagaimana kita hidup di dunia tentunya kita akan menyebrang dari kehidupan sementara kepada kehidupan yang abadi


Kehidupan Dunia.
       Sebuah realita tentang kehidupan dunia abad ini diterjemahkan sebagai kehidupan yang sementara, tempat untuk bersenang-senang, kehidupan modern, kehidupan yang abadi dan sebuah kehidupan yang fana. Di sisi lain kehidupan dunia dipandang sebagai jembatan menuju kehidupan setelah mati (akhirat), tempat mencari amal kebajikan, tempat menimba ilmu pengetahuan dan lain-lainya. Berangkat dari pemahaman di atas maka nyatalah kehidupan dunia yang fana ini hanyalah sebuah ujian bagaimana mengemban tugas-tugas kehidupan dan amanat kemanusiaan. Dengan demikian manusia akan merasa puas dan hidup tidak menjadi sia-sia tanpa melemahkan semangat berjuang dalam kehidupan
       
     Bagi orang-orang yang beriman, Allah menjadikan kehidupan dunia sebagai jembatan untuk kehidupan yang kekal (akhirat). Allah membimbing mereka meraih dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta mengajarkan mereka untuk mencari nafkah di dunia tanpa melalaikan waktunya untuk mengingat Allah. Dan juga memberikan kabar gembira sekaligus menuntun mereka dengan ajaran islam bahwa kehidupan dunia sebagai kehidupan untuk bertaubat dan mencari bekal di akhirat. Karena itu Allah menganjurkan manusia supaya teliliti dengan kehidupan dunia ini agar hidup tidak sia-sia. Membimbing manusia sebagai makhluk yang pandai bersyukur. Semua ini tidak lain hanyalah ujian bagi orang-orang yang beriman kepada Nya dan mengikuti ajaran islam

Kamis, 29 April 2010

PRIBADI MUSLIM

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu`min diri dan harta mereka dengan memberikan syurga kepada mereka, mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh, itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur`an, dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain ) daripada Allah, maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar “ (QS 9 :111)


 Strategis praktis untuk sampai pada tujuan :

1. Tansyi`ah (pembentukan)
Dalam proses tansyi`ah harus memperhatikan tiga sisi penting
yaitu : a. Pembentukan ruhiyah ma`nawiyah dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan
ibadah ritual seperti qiyamul lail, shaum sunnah, tilawah Qur`an, dzikir dll.
Para Murabbi harus mampu menjadikan sarana-sarana tarbiyah semisal mabit,
lailatul katibah, jalsah ruhiyah, dalam membentuk pribadi Mutarabbi pada sisi
ruhiyah ma`nawiyahnya dan dirasakan serta disadari oleh Mutarabbi bahwa ia
sedang menjalani proses pembentukan ma`nawiyah ruhiyah. Jangan sampai mabit
hanya untuk mabit.
b. Pembentukan Fikriyah Tsaqofiyah. Sarana dan media tarbiyah tsaqofiyah harus dijadikan sebagai sarana dan media yang dapat membentuk peserta tarbiyah pada sisi fikriyah tsaqofiyah,jangan sampai tatsqif untuk tatsqif dan ta`lim untuk ta`lim, tetapi harus jelas tujuannya bahwa tatsqif untuk pembentukan tsaqofah yang benar dan utuh, ta`lim
untuk tafaqquh fid dien dan ini harus disadari dan dirasakan oleh Murabbi dan
Mutarabbi.
c. Amaliyah Harakiyah
Proses tarbiyah selain bertujuan membentuk pribadi dari sisi ruhiyah
ma`nawiyah dan fikriyah tsaqofiyah juga bertujuan membentuk amaliah harakiyah
yang harus dilakukan secara berbarengan dan berkeseimbangan seperti kewajiban
rekruitmen dengan da`wah fardiyah, da`wah `ammah dan bentuk-bentuk nasyrud
da`wah lainya. …… serta pengelolaan halaqoh tarbawiyah yang baru
sehingga sisi ruhiyah ma`nawiyah dan fikriyah tsaqofiyah teraktualisasi dan
terformulasi dalam bentuk amal nyata dan kegiatan ril serta dirasakan oleh
lingkungan dan mayarakat luas

2. Ar ri`ayah (pemeliharaan).
Kepribadian Islami yang sudah atau mulai terbentuk harus dijaga dan dipelihara ma`nawiyah, fikriyah dan amaliyahnya serta harus selalu dimutaba`ah (dikontrol) dan ditaqwim (dievaluasi) sehingga jangan sampai ada yang berkurang, menurun atau melemah. Dengan demikian kualitas dan kuantitas ibadah ritual, wawasan konseptual, fikrah dan harakah tetap
terjaga dan terpelihara dengan baik. Tidak ada penurunan dalam tilawah yaumiyah,
qiyamul lail, shaum sunnah, baca buku, tatsqif, liqoat tarbawiyah dan aktivitas
da`wah serta pembinaan kader.

2. At Tanmiyah (pengembangan).

Dalam proses tarbiyah, Murabbi dan Mutarabbi tidak boleh puas dengan apa yang ada dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, apalagi menganggap sudah sempurna. Murabbi dan Mutarabbi yang baik adalah Murabbi dan Mutarabbi yang selalu memperbaiki kekurangan dan kelemahan serta meningkatkan kualitas, berpandangan jauh kedepan, bahwa tarbiyah harus siap dan mampu menawarkan konsep perubahan dan dapat mengajukan solusi dari berbagai
permasalahan ummat dan berani tampil memimpin umat. Oleh karenanya kualitas diri
dan jamaah merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan dalam proses tarbiyah.

3. At Taujih (pengarahan) dan At Tauzhif (Pemberdayaan).

Tarbiyah tidak hanya bertujuan untuk melahirkan manusia yang
baik dan berkualitas secara pribadi namun harus mampu memberdayakan …… dan
kualitas diri untuk menjadi unsur perubah yang aktif dan produktif ( Al Muslim
Ash Shalih Al Mushlih ). Murabbi dapat mengarahkan, memfungsikan dan
memberdayakan Mutarabbinya sesuai dengan bidang dan kapasitasnya.Mutarabbi siap
untuk diarahkan, ditugaskan, ditempatkan dan difungsikan, sehingga dapat
memberikan kontribusi ril untuk da`wah, jamaah dan umat, tidak ragu berjuang dan
berkorban demi tegaknya dienul Islam
“ Diantara orang-orang yang beriman itu ada orang-orangyang menepati apa yang mereka telah janjikan kepada Allah, maka diantara merekaada yang gugur, dan diantara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan merekasedikitpun tidak merubah janjinya. “ ( QS 33 : 23
Indikasi keberhasilan tarbiyah bisa dilihat pada peran dan kontribusi kader dalam penyebaran fikrah, pembentukan masyarakat Islam, memerangi kemunkaran memberantas kerusakan dan mampu mengarahkan dan membimbing umat ke jalan Allah. Serta dalam keadaan siap menghadapi segala bentukkebathilan yang menghadang dan menghalangi lajunya da`wah Islam

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh sangat beruntung orang yang mensucikannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya,” (QS. Asy Syams: 7-10).

افلا تعقلون ,أفلا تذكرون, افلا تتفكرون, لعلكم تعقلون,لعلكم تذكرون
 Seorang muslim harus senantiasa menggunakan daya pikirnya. Allah mewujudkan fenomena alam untuk dipikirkan, beraneka macamnya tingkah laku manusia sampai adanya aneka pemikiran dan pemahaman manusia hendaknya menjadi pemikiran seorang muslim. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa tujuan berpikir tidak lain adalah untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah –subhânahu wa ta`âlâ- bukan sebaliknya

Semoga Allah selalu bersama kita dan kemenangan memihakkepada kita. “ Jika kamu membela (agama) Allah, pasti Allah memberikan kemenangan kepadamu dan mengokohkan kakimu diatas jalan yang haq ”

Kamis, 11 Februari 2010

Anak adalah anugerah Allah SWT, tempat kita meneruskan cita-cita dan garis keturunan. Anak juga merupakan amanah, titipan harta yang paling berharga yang harus dijaga, dirawat dan dididik agar menjadi penyejuk hati. Dalam persoalan ini, kita harus meneladani sikap Nabi Zakaria AS dan Nabi Ibrahim AS. Kedua Nabi ini senantiasa berdoa kepada Allah Maha Pencipta. “Ya Rabbana, anugerahkanlah kepada kami, pasangan dan keturunan sebagai penyejuk hati kami. Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74).
Republika ; Senin, 20 Maret 2006
Dalam soal mendidik anak, Rasulullah Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya teladan. Pada diri Nabi ditemukan sosok pendidik yang menghargai anak. Rasulullah tidak jarang menyuapi anak-anak kecil dengan kurma yang sudah dimamahnya. Penuhnya hati Rasul dengan kasih sayang, membuat Beliau tidak marah ketika dalam shalatnya yang kusyuk punggung Beliau dinaiki cucunya, Hassan bin Ali bin Abi Thalib. Beliau malah melamakan sujudnya, hingga cucunya itu turun. Usai shalat, kepada jamaah Rasul meminta maaf karena sujudnya agak lama. “Para jamaah, karena cucuku ini aku sujud agak lama. Dia berlari mengejarku dan naik ke punggungku ketika aku sedang salat (sujud). Aku khawatir akan mencelakakannya kalau aku bangun dari sujud.” (HR Ahmad). Subhanallah, apakah saat ini kita masih memiliki kasih sayang seperti itu?
Anak shalih adalah penyambung ikhtiar dan peringan beban orang tua. Ketika orang tua masih hidup, anak shalih akan memohonkan ampunan dan kasih sayang Allah bagi mereka berdua. Setelah mereka meninggal dan amalnya terputus, doa anaknya, insya Allah, terus mengalir. Anak shalih adalah buah hasil pendidikan orang tua yang tak kenal henti.

Anak yang beriman, sehat jasmani maupun ruhani serta terpelajar selalu menjadi harapan setiap keluarga muslim. Karena itu, setiap orang tua bertanggungjawab atas kesejahteraan dan pendidikan anak-anaknya, terlebih pendidikan agama. Mereka akan dimintai pertanggungjawabannya di yaumul hisab.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. … “. ( QS 4:9, An Nisaa’ )
Anak dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa, orang tuanya yang menjadikan dia Muslim, Nashrani, Yahudi atau Majusi. Pembentukan anak menjadi “seseorang” terjadi akibat pendidikan, dan yang berperan sangat penting dalam hal ini adalah orang tua

"Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan itu." (QS.At-Tahrim:6).
Anak adalah titipan Allah SWT. Kedua orangtuanya berkewajiban memelihara setiap titipan. Proses pemeliharaan secara optimal diharapkan dapat menjadikan seorang anak   kelak akan menjadi generasi yang  dapat membahagiakan kedua orangtua.”Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian”
"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari jalan yang tiada terduga. Barang siapa yang bertawakal kepada Allah. niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu" (QS. Ath-Thalaq :2-3)

Semoga kita bisa memikul amanah yang Allah berikan kepada Kita.... Amin Yarabal Alamin
Wallahu’alam bishshawab

Senin, 08 Februari 2010

Kesulitan terbesar yang dihadapi kaum muslimin di Madinah ialah kehadiran kaum Yahudi munafik dan sekutu mereka, yang selalu membuat isu-isu dan muslihat jahat, yang selalu dilancarkan mereka terhadap Rasulullah dan para sahabat. Untuk menghadapi kesulitan ini, Rasulullah mempercayakan suatu yang sangat rahasia kepada Hudzaifah Ibnul Yaman, dengan memberikan daftar nama orang munafik itu kepadanya. Itulah suatu rahasia yang tidak pernah bocor kepada siapa pun hingga sekarang, baik kepada para sahabat yang lain atau kepada siapa saja. Dengan mempercayakan hal yang sangat rahasia itu, Rasulullah menugaskan Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka, untuk mencegah bahaya yang mungkin dilontarkan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin. Karena inilah, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para sahabat dengan Shaahibu Sirri Rasulullah (Pemegang Rahasia Rasulullah).
Suatu ketika, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan suatu tugas yang amat berbahaya, dan membutuhkan keterampilan luar biasa untuk mengatasinya. Karena itulah, beliau memilih orang yang cerdas, tanggap, dan berdisiplin tinggi. Peristiwa itu terjadi pada puncak peperangan Khandaq. Kaum muslimin telah lama dikepung rapat oleh musuh, sehingga mereka merasakan ujian yang berat, menahan penderitaan yang hampir tidak tertangguhkan, serta kesulitan-kesulitan yang tidak teratasi. Semakin hari situasi semakin gawat, sehingga menggoyahkan hati yang lemah. Bahkan, menjadikan sementara kaum muslimin berprasangka yang tidak wajar terhadap Allah .
Namun begitu, pada saat kaum muslimin mengalami ujian berat dan menentukan itu, kaum Quraisy dan sekutunya yang terdiri dari orang-orang musyrik tidak lebih baik keadaannya daripada yang dialami kaum muslimin. Karena murka-Nya, Allah menimpakan bencana kepada mereka dan melemahkan kekuatannya. Allah meniupkan angin topan yang amat dahsyat, sehingga menerbangkan kemah-kemah mereka, membalikkan periuk, kuali, dan belanga, memadamkan api, menyiramkan muka mereka dengan pasir dan menutup mata dan hidung mereka dengan tanah.
Pada situasi genting dalam sejarah setiap peperangan, pihak yang kalah ialah yang lebih dahulu mengeluh dan pihak yang menang ialah yang dapat bertahan menguasai diri melebihi lawannya. Dalam detik-detik seperti itu, amat diperlukan informasi secepatnya mengenai kondisi musuh, untuk menetapkan penilaian dan landasan dalam mengambil putusan melalui musyawarah.
Ketika itulah Rasulullah membutuhkan keterampilan Hudzaifah Ibnul Yaman untuk mendapatkan info-info yang tepat dan pasti. Maka, beliau memutuskan untuk mengutus Hudzaifah ke jantung pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.

Minggu, 07 Februari 2010

Sobat muda muslim, hidup ini adalah perjuangan. Dan yang namanya perjuangan, selalu punya risiko. Itu sudah pasti. Uniknya, rata-rata risikonya udah ketahuan, alias bisa kita perhitungkan. Ya, ibarat tukang dagang, sebetulnya doi udah tahu ada risikonya, yakni rugi. Kerugian tersebut bisa aja berasal dari barang dagangannya yang emang nggak laku dijual, alias masyarakat nggak minat beli barang dagangannya. Bisa juga faktor lain, misalnya, ada penertiban dari aparat tibum. Baru aja nongkrong, eh barangnya udah diangkut truk aparat tibum karena berjualan di jalur terlarang. Itu risiko. Tapi apakah itu kemudian membuat mereka males jualan? Rasanya, kalo kamu lihat dengan bijak, mereka tetap punya semangat untuk berdagang. Alasan mereka, inilah perjuangan hidup

Yup, perjuangan, selain butuh keberanian, juga kudu rela berkorban. Apapun jenis pengorbanan yang kudu kita berikan untuk tegaknya Islam di muka bumi ini. Bisa berupa waktu kita, harta kita, tenaga kita, bahkan nyawa kita. Semuanya harus rela kita korbankan. Sebab, kita yakin hal itu bukanlah kesia-siaan. Firman Allah Swt.:"Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan merekalah orang-orang yang memperoleh berbagai kebaikan dan merekalah orang-orang yang beruntung." (TQS at-Taubah [9]: 88)